TEKS ANEKDOT

    Anekdot adalah sebuah cerita singkat yang menarik karena lucu dan mengesankan. Anekdot digunakan untuk menyampaikan kritik, tetapi tidak dengan cara yang kasar dan menyakiti. Anekdot biasanya mengisahkan tentang tokoh tertentu yang bersifat faktual atau terkenal berdasarkan kejadian yang sebenarnya. Kejadian nyata ini kemudian dijadikan dasar cerita lucu dengan menambahkan unsur rekaan. Kelucuan dalam teks anekdot bisa juga dibentuk dengan mengemukakan ketololan, kesombongan, kesalahdengaran, kesalahpahaman, ketidaktahuan, atau kecelakaan akibat ulah sendiri dengan tujuan menyindir atau menghibur.

Sebagai sebuah cerita, anekdot memiliki karakteristik sebagai berikut:

  1. Memiliki masalah yang dibahas
  2. Terdapat tokoh, alur, dan latar
  3. Mengandung unsur humor
  4. Terdapat kritik yang dapat menjadi bahan pelajaran bagi pembaca

Makna Tersirat dalam Anekdot

Meskipun anekdot mengandung unsur humor, tetapi tidak semua humor dapat disebut sebagai anekdot. Salah satu perbedaan humor dan anekdot terdapat pada fungsinya. Humor hanya berfungsi untuk menghibur, sedangkan anekdot berfungsi untuk menyampaikan makna tersirat (biasanya berupa kritik). Makna tersirat yang dimaksud dalam anekdot lebih mengarah pada pesan moral yang hendak disampaikan melalui anekdot. Pesan moral itu dapat dirunut dari kritikan atau sindiran yang disampaikan lewat anekdot.

Kritik dalam anekdot seringkali disampaikan dalam bentuk sindiran, tidak disampaikan secara langsung. Hal itu dilakukan untuk menghindari konflik antara pihak yang menyampaikan sindiran dengan pihak yang disindir. Tujuannya agar pesan yang ingin disampaikan, kritiknya, dapat diterima oleh pihak yang dikritisi tanpa menimbulkan ketersinggungan. Untuk itulah, pencerita menggunakan ungkapan yaitu berupa kata, frasa, atau kalimat yang bermakna idiomatis, bukan makna sebenarnya. Oleh karena itu, untuk bisa memahami pelajaran atau kandungan di dalam anekdot diperlukan interpretasi atau penafsiran mendalam. Apabila tidak memahami dengan baik, kita akan lambat tertawa atau akan merasakan bahwa di dalam cerita itu tidak ada yang lucu dan menganggapnya sebagai cerita yang biasa-biasa saja.

Struktur Teks Anekdot

Anekdot merupakan teks yang berupa cerita, kisah, atau percakapan singkat. Di dalamnya terkandung tokoh, latar, dan rangkaian peristiwa. Adapun rangkaian peristiwanya dibentuk oleh struktur anekdot, yaitu:

  1. Abstraksi, merupakan pendahuluan yang menyatakan latar belakang atau gambaran umum tentang isi suatu teks. Bagian ini berfungsi sebagai pembuka cerita dengan menceritakan latar terjadinya peristiwa dalam anekdot itu.

Contoh: Suatu ketika, orang-orang di kota mengundang Nasruddin untuk menyampaikan khotbah di sebuah majelis.

  1. Orientasi, merupakan bagian cerita yang mengarah pada terjadinya suatu krisis, konflik, atau peristiwa utama. Bagian inilah yang menjadi penyebab timbulnya krisis.

Contoh: Ketika tiba di mimbar, dia mendapati bahwa sebagian besar hadirin dalam majelis itu tidak terlampau bersemangat untuk mendengankan khotbahnya.

  1. Krisis atau Komplikasi, merupakan bagian dari inti peristiwa suatu anekdot. Pada bagian itulah adanya kekonyolan yang menggelitik dan mengundang tawa.

Contoh: Kemudian, ia turun dari mimbar dan berjalan pulang. Kali ini orang-orang benar-benar dibuat bingung dan akhirnya mereka memutuskan untuk mencoba sekali lagi dan mengundangnya agar datang lagi pada minggu depan untuk menyampaikan khotbah. Minggu depannya, ketika naik mimbar, Nasruddin lagi-lagi bertanya yang sama, “Apakah kalian tahu materi yang akan saya sampaikan dalam khotbah ini?” Kali ini hadirin sudah bersiap-siap untuk pertanyaan itu. Sebagian dari mereka menjawab “Tidak” dan sebagian lagi menjawab “Ya!”

  1. Reaksi, merupakan tanggapan atau respons atas krisis yang dinyatakan sebelumnya. Reaksi yang dimaksud dapat berupa sikap mencela atau menertawakan. Bagian ini seringkali mengejutkan, sesuatu yang tidak terduga, dan mencengangkan.

Contoh: Nasruddin pun berkata lagi, “Baiklah, kalau begitu sebagian yang sudah tahu bisa menceritakan kepada sebagian lainnya yang belum tahu” dan ia pun lagi-lagi kembali turun meninggalkan mimbar.

  1. Koda, merupakan penutup atau kesimpulan sebagai pertanda berakhirnya cerita. Di dalamnya dapat berupa persetujuan, komentar, atau penjelasan atas maksud dari cerita yang dipaparkan sebelumnya. Bagian ini biasanya ditandai oleh kata-kata, seperti itulah, akhirnya, demikianlah. Keberadaan koda bersifat opsional; bisa ada ataupun tidak ada.

Pola Penyajian Teks Anekdot

Anekdot dapat disajikan dalam bentuk dialog maupun narasi. Salah satu ciri anekdot yang disajikan dalam bentuk dialog adalah menggunakan kalimat langsung. Kalimat langsung adalah kalimat yang merupakan hasil kutipan langsung dari pembicaraan seseorang yang sama persis seperti apa yang dikatakannya.

Contoh:

Ahmad         :  “Bagaimana kalau pohon kelapanya ditebang saja, Pak? Supaya tidak membahayakan rumah saya?”

Pak Anwar   :  “Lha, tidak bisa, Mad. Pohon kelapa ini sangat lebat buahnya dan pohon ini warisan leluhur keluarga Bapak. Tidak bisa seenaknya ditebang begitu saja.”

Dari kutipan anekdot di atas kamu dapat melihat bahwa kalimat langsung memiliki ciri-ciri sebagai berikut.

  1. Diawali dan diakhiri dengan tanda petik (“…”).
  2. Huruf awal setelah tanda petik ditulis dengan huruf kapital.
  3. Antara pembicara dan apa yang dikatakannya dipisah dengan tanda titik dua (:).

Kaidah Kebahasaan Teks Anekdot

Seperti halnya teks yang lain, anekdot memiliki kaidah-kaidah kebahasaan tersendiri. Namun, sebagai teks yang bergenre cerita, teks tersebut memiliki kesamaan dengan teks sejenisnya, seperti dengan cerpen, novel, dan cerita ulang. Adapun kaidah kebahasaan anekdot adalah sebagai berikut.

  1. Menggunakan kalimat yang menyatakan peristiwa masa lalu
  2. Menggunakan kalimat retoris (kalimat pertanyaan yang tidak membutuhkan jawaban)
  3. Menggunakan konjungsi yang menyatakan hubungan waktu, seperti kemudian, lalu, setelah.
  4. Menggunakan kata kerja aksi, seperti menulis, membaca, dan berjalan.
  5. Menggunakan kalimat perintah (imperative sentence)
  6. Menggunakan kalimat seru, yaitu kata yang mengungkapkan perasaan seseorang.

Menyusun Teks Anekdot

Langkah-langkah dalam menyusun teks anekdot adalah sebagai berikut.

  1. Menentukan topik yang dianggap sebagai suatu masalah yang hendak disorot, dikritik, disindir, digugat.
  2. Menentukan kritik/sindiran yang ingin disampaikan.
  3. Menentukan unsur lelucon/humor.
  4. Menentukan tokoh yang terkait, sesuai dengan masalahnya.
  5. Merinci peristiwa ke dalam struktur anekdot yang meliputi abstraksi, orientasi, krisis, reaksi, dan koda.
  6. Menentukan alur cerita berdasarkan struktur teks anekdot.
  7. Menentukan pola penyajian yang akan digunakan.
  8. Mengembangkan kerangka anekdot menjadi sebuah cerita yang utuh dengan memperhatikan kaidah-kaidah kebahasaannya.

Referensi

  1. Suherli, dkk. 2017. Buku Siswa Bahasa Indonesia untuk SMA/MA dan SMK/MAK Kelas X Edisi Revisi 2017. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
  2. Kosasih, E. 2019. Cerdas Berbahasa Indonesia untuk SMA/MA Kelas X Kelompok Wajib. Jakarta: Penerbit Erlangga.